Sabtu, 05 Juli 2014

Kegiatan PPBY Belajar dan Mendalami Sejarah Jemparingan

Jemparing dalam bahasa Jawa berarti panah. Olahraga yang juga dikenal dengan Panahan Tradisional Mataraman ini pada mulanya merupakan kegiatan latihan perang para prajurit kerajaan. Namun, lama kelamaan kegiatan ini menjadi olah raga tradisional.
Mengenai kriteria peserta lomba Jemparingan, saat ini tidak hanya terbatas untuk warga keraton dan masyarakat Yogya saja tetapi sudah meluas hingga ke suku maupun bangsa lain. Jemparingan ini terdiri dari 20 rambahan (putaran). Dalam setiap rambahan, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan lima anak panah dengan posisi duduk bersila berderet untuk membidik target sasaran yang jaraknya sekitar 30 meter.
Jika dilihat sekilas, Jemparingan ini nampaknya hanya membidik sasaran yang disebut dengan bedor atau bandul menggunakan busur dan anak panah. Tetapi keunikannya terletak pada para pelaku pemanah yang mengenakan pakaian adat surjan atau peranakan, memakai blangkon, dan juga jarit. Sedangkan untuk wanita, pakaian yang digunakan berupa jarit, kebaya. Keunikan lainnya adalah posisi para pemanah yang harus duduk bersila.

Jemparingan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya konsentrasi.
Filosofi yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah :
1) Peserta yang memenangkan lomba adalah peserta yang dapat mengasah rasa dan mampu membangun hubungan dengan sesuatu yang jaraknya jauh.
2) Duduk Bersila melambangkan Prajurit Jawa yang tidak akan menyerang sebelum diserang terlebih dahulu, dalam istilah jawa ora arep ndisiki nak ora didisiki.
3) Anak Panah yang sudah dilepaskan harus diambil sendiri, melambangkan watak jiwa Ksatria.

SALAM BUDAYA










Tidak ada komentar:

Posting Komentar