Sabtu, 26 Juli 2014
Putra Putri Budaya Yogyakarta menghaturkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 H
Selasa, 22 Juli 2014
Putra Putri Budaya Yogyakarta dalam bakti sosial
Bersama komunitas RYM, Rescue, Urip Iku Urup,dll beberapa komunitas di Yogyakarta, pada tanggal 20 juli 2014 mengadakan bakti sosial " Saur On The Road bersama sedulur buruh gendong pasar beringharjo, pukul 01.00 dini hari menyusuri lorong2 ,tempat parkir pasar Beringharjo Yogyakarta dimana disitu banyak ibu2 yang sudah tua masih bersemangat mencari pekerjaan untuk menafkahi dirinya juga keluarganya dengan menjadi buruh gendong. Bersama teman- teman dari beberapa komunitas yang ada di Yogyakarta tersebut di atas kami bagikan makan sahur agar sedikit bisa membantu sebagian buruh gendong untuk sahur pagi itu.
Selasa, 15 Juli 2014
Jemparingan Putri Budaya Yogyakarta Bersama Klub Panahan Mardisoro Pura Pakualaman Yogyakarta
Jemparingan Putri Budaya Yogyakarta ( Indah Wijayanti ) Bersama Klub Panahan Mardisoro Pura Pakualaman Yogyakarta
Jemparingan Putra Putri Budaya Yogyakarta
Jemparingan Putra Putri Budaya Yogyakarta Bersama Klub Panahan Mardisoro Pura Pakualaman Yogyakarta
Minggu, 13 Juli 2014
PPBY berpartisipasi mengisi acara di Gelar Budaya Religius Adiluhung Semesta
Kecintaan PPBY dengan budayanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk pendalaman sesuai bakat masing-masing, Eldo Wahyu Putranto yang tahun 2014 ini bisa menjadi juara 1 Macapat Pura Pakualaman Yogyakarta
, Indah Wijayanti yang mendalami panahan/Jemparingan bersama Klub Panahan Mardisoro Pura Pakualaman Yogyakarta, Shitamaharani Putri menjuarai lomba Tari Pura Pakualaman Yogyakarta sebagai Juara 3.
Dalam Gelar Budaya Religius Adiluhung Semesta mas Eldo mengidungkan tembang Macapat
Kinanthi
Sarananing wong yun luhung
Betah lapa kurang guling
Elinga salah jatmika
Yen wacana kudu manis
Murih semseming sasama
Samaning manungsa sami
inti artinya" kita sebagai manusia harus menjadi orang yang mengerti tata krama dan sopan santun ".
, Indah Wijayanti yang mendalami panahan/Jemparingan bersama Klub Panahan Mardisoro Pura Pakualaman Yogyakarta, Shitamaharani Putri menjuarai lomba Tari Pura Pakualaman Yogyakarta sebagai Juara 3.
Dalam Gelar Budaya Religius Adiluhung Semesta mas Eldo mengidungkan tembang Macapat
Kinanthi
Sarananing wong yun luhung
Betah lapa kurang guling
Elinga salah jatmika
Yen wacana kudu manis
Murih semseming sasama
Samaning manungsa sami
inti artinya" kita sebagai manusia harus menjadi orang yang mengerti tata krama dan sopan santun ".
Selasa, 08 Juli 2014
PPBY Mengenal Lebih Dekat Batik Yogyakarta
Berkunjung ke salah satu dari sebagian besar pengrajin batik di Yogyakarta di rumah eyang Topo HP kami bisa belajar lebih tentang batik Yogyakarta.
Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga Karaton saja. Setiap motif yang terwujud dalam goresan canting pada kain batik Yogyakarta adalah sarat akan makna atau filosofi, hal ini lah yang membedakan batik Yogyakarta dengan batik-batik lain yang menjaga batik Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.
Warna batik Yogyakarta dominan berlatar belakang putih dengan warna alam dan cenderung gelap. Ada dua macam warna latar kain yaitu hitam dan putih, dan warna ragam hias pada umumnya putih, biru tua kehitaman, dan coklat soga. Sedang sered atau pinggiran kain diusahakan tidak kemasukan soga atau pewarna. Oleh sebab itu pinggiran batik Yogyakarta berwarna kain latar.
Motif-motif batik Yogyakarta klasik diantaranya adalah motif parang, motif tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, motif satwa, motif ceplok, motif kawung, motif sido luhur, motif truntum dll.
Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga Karaton saja. Setiap motif yang terwujud dalam goresan canting pada kain batik Yogyakarta adalah sarat akan makna atau filosofi, hal ini lah yang membedakan batik Yogyakarta dengan batik-batik lain yang menjaga batik Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.
Warna batik Yogyakarta dominan berlatar belakang putih dengan warna alam dan cenderung gelap. Ada dua macam warna latar kain yaitu hitam dan putih, dan warna ragam hias pada umumnya putih, biru tua kehitaman, dan coklat soga. Sedang sered atau pinggiran kain diusahakan tidak kemasukan soga atau pewarna. Oleh sebab itu pinggiran batik Yogyakarta berwarna kain latar.
Motif-motif batik Yogyakarta klasik diantaranya adalah motif parang, motif tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, motif satwa, motif ceplok, motif kawung, motif sido luhur, motif truntum dll.
Sabtu, 05 Juli 2014
Kegiatan PPBY Belajar dan Mendalami Sejarah Jemparingan
Jemparing
dalam bahasa Jawa berarti panah. Olahraga yang juga dikenal dengan
Panahan Tradisional Mataraman ini pada mulanya merupakan kegiatan
latihan perang para prajurit kerajaan. Namun, lama kelamaan kegiatan ini
menjadi olah raga tradisional.
Mengenai kriteria peserta lomba Jemparingan, saat ini tidak hanya terbatas untuk warga keraton dan masyarakat Yogya saja tetapi sudah meluas hingga ke suku maupun bangsa lain. Jemparingan ini terdiri dari 20 rambahan (putaran). Dalam setiap rambahan, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan lima anak panah dengan posisi duduk bersila berderet untuk membidik target sasaran yang jaraknya sekitar 30 meter.
Jika dilihat sekilas, Jemparingan ini nampaknya hanya membidik sasaran yang disebut dengan bedor atau bandul menggunakan busur dan anak panah. Tetapi keunikannya terletak pada para pelaku pemanah yang mengenakan pakaian adat surjan atau peranakan, memakai blangkon, dan juga jarit. Sedangkan untuk wanita, pakaian yang digunakan berupa jarit, kebaya. Keunikan lainnya adalah posisi para pemanah yang harus duduk bersila.
Jemparingan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya konsentrasi.
Filosofi yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah :
1) Peserta yang memenangkan lomba adalah peserta yang dapat mengasah rasa dan mampu membangun hubungan dengan sesuatu yang jaraknya jauh.
2) Duduk Bersila melambangkan Prajurit Jawa yang tidak akan menyerang sebelum diserang terlebih dahulu, dalam istilah jawa ora arep ndisiki nak ora didisiki.
3) Anak Panah yang sudah dilepaskan harus diambil sendiri, melambangkan watak jiwa Ksatria.
SALAM BUDAYA
Mengenai kriteria peserta lomba Jemparingan, saat ini tidak hanya terbatas untuk warga keraton dan masyarakat Yogya saja tetapi sudah meluas hingga ke suku maupun bangsa lain. Jemparingan ini terdiri dari 20 rambahan (putaran). Dalam setiap rambahan, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan lima anak panah dengan posisi duduk bersila berderet untuk membidik target sasaran yang jaraknya sekitar 30 meter.
Jika dilihat sekilas, Jemparingan ini nampaknya hanya membidik sasaran yang disebut dengan bedor atau bandul menggunakan busur dan anak panah. Tetapi keunikannya terletak pada para pelaku pemanah yang mengenakan pakaian adat surjan atau peranakan, memakai blangkon, dan juga jarit. Sedangkan untuk wanita, pakaian yang digunakan berupa jarit, kebaya. Keunikan lainnya adalah posisi para pemanah yang harus duduk bersila.
Jemparingan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya konsentrasi.
Filosofi yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah :
1) Peserta yang memenangkan lomba adalah peserta yang dapat mengasah rasa dan mampu membangun hubungan dengan sesuatu yang jaraknya jauh.
2) Duduk Bersila melambangkan Prajurit Jawa yang tidak akan menyerang sebelum diserang terlebih dahulu, dalam istilah jawa ora arep ndisiki nak ora didisiki.
3) Anak Panah yang sudah dilepaskan harus diambil sendiri, melambangkan watak jiwa Ksatria.
SALAM BUDAYA
Selasa, 01 Juli 2014
Sejarah Putra Putri Budaya Yogyakarta
Dalam dasa warsa terakhir ini dan dengan masuknya Era Globalisasi ternyata telah menggerus segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan sebagai generasi muda Yogyakarta berusaha untuk tetap melestarikan budaya Yogyakarta agar tetap hidup dan selalu menjadi jati diri manusia Indonesia seutuhnya.
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya kehidupan setiap manusia tidak terlepas dari budaya dan budaya merupakan manifestasi dari kehidupan masyarakat baik masyarakat modern maupun masyarakat tradisional. Dengan berbagai kajian kami mempunyai satu harapan dan tujuan bahwa budaya Indonesia khususnya Budaya Yogyakarta harus selalu dilestarikan sesuai dengan kehidupan budaya modern. Sebagai generasi muda kami tidak ingin hanya sebatas nguri-uri budaya dalam konteks tradisional (kuno), tetapi kami berharap budaya selalu berkembang sesuai pada zamannya.
SEJARAH
Putra Putri Budaya Yogyakarta berawal dari Pembinaan dan Pemilihan yang diadakan tepatnyah tanggal 1-3 Maret 2013, diselenggarakan untuk menjaring minat para pemuda khususnya pelajar di DIY mengenai kecintaannya terhadap budayanya sendiri khususnya Budaya Yogyakarta. Dengan adanya Pembinaan dan Pemilihan tersebut diharapkan para peserta dapat menjadi Duta Budaya di sekolah masing-masing serta dapat menjadi contoh bagi lingkungannya. Dari hasil seleksi terhimpun kurang lebih 40 finalis dan dari 40 itulah diawali kegiatan tapatnya tanggal 10 Maret 2013 mempunyai kesepakatan membentuk suatu wadah, dimana wadah tersebut merupakan tempat pembinaan,sharing, dan berbagai kegiatan kaum muda yang peduli pada pelestarian Budaya Yogyakarta yang dinamakan Lembaga Duta Budaya Yogyakarta.
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya kehidupan setiap manusia tidak terlepas dari budaya dan budaya merupakan manifestasi dari kehidupan masyarakat baik masyarakat modern maupun masyarakat tradisional. Dengan berbagai kajian kami mempunyai satu harapan dan tujuan bahwa budaya Indonesia khususnya Budaya Yogyakarta harus selalu dilestarikan sesuai dengan kehidupan budaya modern. Sebagai generasi muda kami tidak ingin hanya sebatas nguri-uri budaya dalam konteks tradisional (kuno), tetapi kami berharap budaya selalu berkembang sesuai pada zamannya.
SEJARAH
Putra Putri Budaya Yogyakarta berawal dari Pembinaan dan Pemilihan yang diadakan tepatnyah tanggal 1-3 Maret 2013, diselenggarakan untuk menjaring minat para pemuda khususnya pelajar di DIY mengenai kecintaannya terhadap budayanya sendiri khususnya Budaya Yogyakarta. Dengan adanya Pembinaan dan Pemilihan tersebut diharapkan para peserta dapat menjadi Duta Budaya di sekolah masing-masing serta dapat menjadi contoh bagi lingkungannya. Dari hasil seleksi terhimpun kurang lebih 40 finalis dan dari 40 itulah diawali kegiatan tapatnya tanggal 10 Maret 2013 mempunyai kesepakatan membentuk suatu wadah, dimana wadah tersebut merupakan tempat pembinaan,sharing, dan berbagai kegiatan kaum muda yang peduli pada pelestarian Budaya Yogyakarta yang dinamakan Lembaga Duta Budaya Yogyakarta.
Visi Misi Putra Putri Budaya Yogyakarta
Visi
Mewujutkan masyarakat dan generasi muda yang berbudaya melalui Pembinaan Budaya Yogyakarta sebagai dasar dan perilaku masyarakat Yogyakarta
Misi
- Sebagai sarana generasi muda untuk melestarikan budaya yang ada di Yogyakarta
- Sebagai ajang aspirasi seni dan budaya bagi kalangan remaja
- Menjadi Duta Budaya dan mengembangkan budaya Yogyakarta sebagai dasar dari kreatifitas generasi muda
- Sebagai sarana pembelajaran kebudayaan secara mendalam yang ada di Yogyakarta
- Mengajak generasi muda agar tetap mencintai budaya Yogyakarta dan mengembangkan budaya yogyakarta sebagai dasar dari budaya peradaban baru.
Mewujutkan masyarakat dan generasi muda yang berbudaya melalui Pembinaan Budaya Yogyakarta sebagai dasar dan perilaku masyarakat Yogyakarta
Misi
- Sebagai sarana generasi muda untuk melestarikan budaya yang ada di Yogyakarta
- Sebagai ajang aspirasi seni dan budaya bagi kalangan remaja
- Menjadi Duta Budaya dan mengembangkan budaya Yogyakarta sebagai dasar dari kreatifitas generasi muda
- Sebagai sarana pembelajaran kebudayaan secara mendalam yang ada di Yogyakarta
- Mengajak generasi muda agar tetap mencintai budaya Yogyakarta dan mengembangkan budaya yogyakarta sebagai dasar dari budaya peradaban baru.
Langganan:
Postingan (Atom)