NYADRAN
Sejarah
Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke-15 para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa. Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.
Pelaksanaan
Naydran merupakan salah satu tradisi dalam menyambur datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah
1. menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama
2. melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.
3. melakukan upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada roh yang telah meninggal di area makam.
Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya'ban. Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanay hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi. Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasnya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.
Foto Putra Putri Budaya Yogyakarta Nyadran diMakam Raja Imogiri Bantul.
Foto 1
Foto 2
Foto 3
Keterangan Foto :
Foto 1 : Putra Budaya Yogyakarta berfoto bersama dengan abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Foto 2 : Putri Budaya Yogyakarta berfoto bersama dengan abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Foto 3 : Putra Putri Budaya Yogyakarta berfoto bersama setelah melaksanakan NYADRAN.